“Sebetulnya gua suka belajar tapi duh kalo udah nyangkut pelajaran Fisika. Rasanya males banget deh! Ga suka gue belajar ngitung rumus yang kompleks gitu. Ga pernah bisa ngerti gue apa bedanya energi, tekanan, gaya sama daya. Dari dulu, pasti nilai Fisika gue selalu jelek. Apalagi gurunya ga asik gitu, makin males aja gue!”
Nah, kali ini gue mau bahas topik yang gak kalah
seru. Ngomong-ngomong pernah gak sih lo gak suka ama sesuatu? Pasti pernah
lah ya... Perasaan gak suka itu kan merupakan hasil evolusi manusia supaya bisa
bertahan hidup, baik secara fisik maupun emosional. Dari mulai rasa gak
suka sama rasa makanan tertentu, aroma/bau tertentu, suara-suara
tertentu, sampai bentuk fisik tertentu. Rasa ketidaksukaan ada yang
berguna sebagai sistem survival kita, tapi ada juga yang terbentuk belakangan
karena pengaruh lingkungan. Nah, salah satu rasa gak suka/benci yang cukup
meresahkan dan terbentuk dari pengaruh external adalah perasaan benci
kalo harus berhadapan sama mata pelajaran tertentu.
Rasa-rasanya kalo udah benci sama pelajaran
tertentu tuh nyiksa banget. Jangankan mau belajar atau ngerjain soalnya,
nyentuh bukunya aja udah males, dengerin suara langkah guru masuk
kelas aja bawaannya udah ngantuk dan gak semangat. Tanpa sadar, rasa benci ini
berkembang bertahun-tahun makin lama makin akut. Sekolah gak enjoy, ada tugas
nyalin punya temen terus, ulangan nyontek, kalo belajar selalu nunda-nunda
terus, soalnya rasanya terpaksa dan nyiksa banget.
"Ya tapi mau gimana lagi, kalau udah benci sama pelajaran tertentu harus gimana lagi dong? Kalau udah benci, emang bisa sayang?"
Nah, kali ini, gue mau berbagi insight kenapa
sih kita bisa jadi benci gitu sama suatu mata pelajaran. Trus, gue juga bakal
beberin gimana caranya mengatasi rasa tidak suka itu. Oke, sebelumnya gue mau
share hasil polling yang udah dibikin zenius beberapa waktu lalu. Itu
lho yang tentang Mata Pelajaran yang Disukai dan Dibenci. Nah berikut ini gue
tampilin dulu daftar urutan mata pelajaran yang dibenci :
Oke, so pelajaran yang dibenci ternyata didominasi
pelajaran Fisika, Matematika, Kimia, dan Sejarah. Apa yang menyebabkan kita
nggak suka sama mata pelajaran tertentu? Well, faktornya banyak sih emang kita
belum survey buat bisa diidentifikasi core utama
secara serius akar permasalahannya apa. Tapi gue mau coba bahas dari
sudut pandang disiplin ilmu yang gue pelajari (psikologi). Yuk kita bedah satu
per satu dulu.
Priming Effect
Secara sederhana definisinya Priming adalah
proses di memori implisit manusia yang bikin manusia mikir suatu hal memiliki
asosiasi dengan hal atau sifat-sifat tertentu secara gak sadar. Nah, efek priming
inilah yang menjadi salah satu penyebab kenapa kita bisa benci/gak
suka terhadap mata pelajaran tersebut.
Pada tahun 1996, seorang social psychologist bernama
John Bargh melakukan eksperimen unik banget, Pada eksperimen ini, ada
60 orang yang berpartisipasi. 30 orang partisipan pertama di ruangan itu
diminta untuk menyusun kalimat berisi kata-kata yang berkaitan usia tua,
misalnya "bijaksana, sabar, berhati-hati", dsb .
Sedangkan 30 orang partisipan sisanya diminta untuk menyusun kata-kata yang
sifatnya netral dan tidak ada kaitannya dengan usia, seperti "kreatif,
semangat, berjuang", dsb.
Tanpa sadar, sebetulnya kecepatan berjalan
mereka ketika memasuki (sebelum menjalani test) dan meninggalkan ruangan
(setelah menjalani test) dihitung dengan menggunakan semacam
sensor. Kemudian, kecepatan berjalan mereka setelah menyusun
kata-kata tersebut (meninggalkan ruangan) dibandingkan dengan kecepatan berjalan
mereka sebelum menyusun kata-kata (memasuki ruangan).
Hasilnya, partisipan yang di-prime
dengan kata-kata yang berkaitan dengan usia tua, jalannya lebih lambat daripada
partisipan yang di-prime dengan kata-kata
netral. Supaya lebih gampang ngebayanginnya, kalian bisa lihat video replikasi
eksperimen John Bargh di video ini.
Nah, priming ini
juga berkaitan erat sama stereotyping. Perempuan
yang di-prime dengan informasi bahwa
“laki-laki lebih pandai dibandingkan dengan perempuan” cenderung
memiliki skor tes yang lebih rendah dibandingkan dengan perempuan yang tidak di-prime
dengan hal tersebut. Efek yang sama juga terjadi dengan sekolah yang mengambil
kebijakan mengumpulkan siswa yang nilai akademisnya tinggi jadi masuk
"Kelas Unggulan" dan memisahkan siswa-siswa dengan nilai yang
akademis yang standard ke bawah sebagai "Kelas Non-Unggulan". Nah,
apakah sekolah lo ada yang masih aja memberlakukan kebijakan semacam itu?
"Tapi Apa hubungannya priming sama ketidaksukaan kita sama mata pelajaran di sekolah?"
Well, contohnya aja adalah pelajaran matematika.
Biasanya nih banyak banget senior, temen, atau bahkan kakak kita yang
bilang kalau misalnya matematika itu susah, ribet, bikin pusing, dll. Karena di
awal udah ke-prime seperti ini, secara
gak sadar pas belajar matematika akan ngerasa semakin susah. Efeknya priming
ini sama kayak efek sugesti. Gimana cara mengatasinya? Ada beberapa hal
yang bisa gue rekomendasiin:
- PERTAMA adalah coba setting kondisi lingkungan pergaulan lo dengan menghindari bergaul dengan temen-temen yang sering mengirim sinyal negatif satu sama lain. Sinyal negatif yang gue maksud itu seperti "Duh, males banget pelajaran Fisika. Si Bapak X ngajarnya gak asik banget deh. Bolos aja yuk!" atau contoh lainnya "Gila yah gua udah belajar mati-matian buat Ulangan Pelajaran Kimia, tapi tetep aja nilainya jelek. Kimia emang susah banget nempel ke otak gue". Karena semakin lo sering dikelilingi oleh lingkungan yang ngasih sinyal negatif, semakin gedelah efek priming atau sugesti ini masuk ke alam bawah sadar lo.
- Alternatif solusi KEDUA itu mungkin rada aneh awalnya buat dilakuin, tapi asli ini ngaruh banget. Caranya adalah dengan sugestiin balik ke diri lo kalau lo suka sama mata pelajaran tersebut. Caranya bisa dengan hal-hal remeh misalnya dengan nulis “Matematika itu Pelajaran yang Asik!” di buku catatan kalian. Atau sebelum lo masuk ke kelas, coba dulu berdiri dengan tegak, taruh kedua tangan kalian di pinggang dan berkata “Gue suka matematika dan di kelas ini, gue akan belajar bener-bener supaya gue paham.”. Disarankan sih ini dilakukan di bilik toilet dan ngomongnya dalam hati untuk menghidari lo dikira orang aneh.
"Ah itu sih namanya nipu diri. Kalau udah namanya benci ya benci. Mana mungkin secara ajaib bisa berubah jadi suka dengan cara seperti itu doang!"
Saran gue yang kedua emang kedengarannya agak
konyol dan remeh, mirip kayak ilmu parapsychology atau
bualan motivator banget, ya? Tapi, ternyata udah banyak sosial eksperimen yang membuktikan bahwa sugesti seperti itu
berkorelasi dengan level testosteron dan kortisol di otak kita. Testosteron
itu adalah hormon yang mempengaruhi dominansi dan power,
sedangkan kortisol adalah hormon stress. Dengan memberikan sugesti yang tepat
pada diri kita, secara tidak langsung, kita bisa
"mengatur" kadar kedua hormon tersebut, sehingga kita bisa kuat,
tegas, dominan, tapi ga asal reaktif terhadap stress. Dengan kata lain,
kita bisa nge-prime diri kita supaya
punya self-control yang baik,
terutama ketika dihadapkan pada hal yang bikin stress, misalnya mata
pelajaran di sekolah.
Metode semacam ini pastinya bukan jurus ajaib
yang bisa mengubah persepsi lo dalam sekejap, tapi dengan terus mencoba memberi
sugesti positif terhadap diri sendiri secara konsisten, maka secara gradual
persepsi kita bisa bener-bener berubah seperti yang diceritakan oleh Amy
Cuddy, seorang psikolog dari Harvard Business School pada saat presentasi di
TED Talk di bawah ini :
Faktor Guru
Dulu gue sempet kesel ama guru Sejarah gue di
SMA. Waktu UTS, ada soal esai yang meminta gue menyebutkan tokoh pendiri NKRI.
Gue jawablah Tan Malaka, karena emang dia yang punya ide tentang Republik
Indonesia. Eh, gak taunya disalahin ama guru gue. Dia bilang itu salah karena
info itu nggak ada di buku teks hahaha. Setelah itu gue sadar kalo banyak
banget guru yang hanya terpaku pada sumber teksbook sekolah. Hal ini
sangat berpengaruh terhadap dinamika kegiatan belajar mengajar di kelas.
Ketika guru cuma fokus ke modul, kita nggak bisa mengeksplorasi lebih lanjut
ide-ide terkait pelajaran yang kita dapetin di kelas dan bisa jadi,
berpengaruh terhadap persepsi kita terhadap pelajaran tersebut.
Ada banyak penelitian terhadap faktor-faktor
yang mempengaruhi faktor motivasi belajar siswa di Sekolah. Hasilnya
ternyata faktor pendekatan mengajar dan metode mengajar
yang digunakan GURU seringkali jadi hal yang paling berkorelasi terhadap
motivasi belajar siswa. Nah beberapa minggu sebelum artikel ini
dimuat, blog ini sempet ngadain survey kecil-kecilan tentang "Guru
Favorit" dan "Mata Pelajaran Yang Disukai". Jujur aja sih, emang
sebetulnya tingkat realibilitas survey ini masih belum bisa betul-betul oke,
tapi ya lumayanlah iseng-iseng :
Ternyata dari survey iseng ini, lumayan keliatan
juga pola-nya kalo ternyata urutan dari mata pelajaran yang paling disukai juga
hampir sama dengan pelajaran yang guru-nya asik kalo ngajar.
Kalo coba kita telaah lagi ke contoh gue
sebelumnya tentang pelajaran Sejarah, pelajaran Sejarah isinya kebanyakan
nama-nama tokoh, tempat, dan tahun-tahun. Ujung-ujungnya, kita seakan-akan
dipaksa untuk ngehapalin hal-hal tersebut supaya bisa dengan lancar ngejawab
pertanyaan yang dibikin guru pada saat ujian.
Padahal, metode pembelajaran Sejarah tuh bisa
dibikin seru dan gak harus melulu mengacu ke buku teks sejarah. Sumber belajar
kita tuh banyak, loh! Bisa dari majalah-majalah sejarah kayak Historia, untuk
versi luar negeri misalnya BBC History atau History Today, atau dari dengan
baca sastra-sejarah seperti karya Pramoedya Ananta Toer, Umar Kayam, dan
sastrawan-sastrawan lainnya yang mengangkat tema sejarah.
Sejauh
sepengetahuan gue, cerita sejarah seperti itu gak pernah dibahas di
textbook sejarah SMP/SMA tuh. Coba aja kalo pelajaran sejarah bisa dikupas
seseru dan sekocak tulisan Faisal itu di kelas, mana mungkin sih kita bisa
sanggup benci sama pelajaran Sejarah?
Motivasi Pribadi
Sebetulnya di blog ini, Wisnu udah pernah bahas
dengan jelas, Apa Sih Yang Bikin Kita Termotivasi? Sedikit
tambahan bahasan dari gue : motivasi pribadi lo dalam belajar itu sebetulnya
sangat dipengaruhi gimana lo memandang esensi dari pelajaran itu sendiri.
Kalau misalnya dari lo sendiri udah memandang bahwa pengetahuan di mata
pelajaran tertentu merupakan pengetahuan yang harus lo hapal demi mendapatkan
nilai ujian yang baik, maka hal itu akan semakin membebani lo. Ketika lo
terlalu fokus untuk ngehapalin informasi yang ada di buku teks, kesempatan lo
untuk mengeksplorasi informasi yang lebih luas akan semakin kecil.
Menurut gue, pengetahuan yang ada di buku teks
itu gak penting untuk dihapal. Sekadar paham aja sudah cukup. Sisanya, lo bisa
eksplorasi dari sumber-sumber lain. Semakin kaya sumber informasi lo terkait
pengetahuan tersebut, maka semakin komprehensif juga pemahaman lo. Nah, kalau
pemahaman lo udah komprehensif, lo gak perlu ngehapal lagi. Lo akan hapal dengan
sendirinya karena lo sudah familiar dengan pengetahuan tersebut.
Nah, dalam memotivasi pribadi, lo juga
bisa ngerubah mindset dan meningkatkan motivasi dengan baca
tulisan Glenn tentang menerapkan metode gamifikasi dalam proses
belajar lo di sini >> Kenapa Yah Belajar Kerasa Jadi Beban?
===========================================
Terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi
kesukaan/ketidaksukaan kita terhadap pelajaran tertentu, sebetulnya ilmu
pengetahuan itu saling berkaitan satu sama lain. Jadi, ketika kalian udah gak
suka sama satu cabang ilmu pengetahuan, bisa mempersempit kesempatan kalian
untuk mengetahui informasi lain. Jadi sebetulnya rugi/sayang banget kalo lo
sekarang bisa suka sama pelajaran Biologi tapi malah benci sama pelajaran
Sosiologi.
Misalnya aja kalau kita suatu saat pingin jadi
dokter dan tiba-tiba ngehadepin pasien, alangkah bagusnya kalo kita
gak hanya bergantung sama ilmu kedokteran yang kita miliki untuk
memberikan treatment terhadap orang tersebut. Akan jaauuuh lebih
baik kalau kita mengidentifikasi kondisi pasien dari berbagai segi, misalnya
psikologis dan lingkungan sosialnya - sehingga kita dapat analisis yang lebih
komprehensif.
Gak ada ruginya kok kalau lo ngedalemin banyak
mata pelajaran, terutama ketika lo masih duduk di bangku SMA, di mana
dasar-dasar ilmu pengetahuan kita bisa pelajarin. Apalagi semakin ke sini,
semakin berkembang juga cabang-cabang ilmu pengetahuan yang dihasilin dari
integrasi disiplin ilmu-ilmu lain, kayak Neuroeconomics, Computational
Psychology, Behavioral Economics, dll.
Hal-hal yang gue jabarin barusan itu hanya
segelintir dari sekian banyak faktor yang mempengaruhi kenapa kita bisa benci
sama mata pelajaran tertentu.
0 komentar:
Posting Komentar